Sunday, August 11, 2013

The value of marketing for business and society (2)

Seringkali kita melihat sebuah promosi sebagai sebuah kegiatan yang menawarkan produk atau jasa tanpa memberi nilai sosial kepada para pembaca atau mereka yang menikmati marketing tersebut.

Berangkat dari sebuah masalah yang dihadapi Korea Selatan, yaitu tingkat bunuh diri yang tinggi, sebuah perusahaan asuransi Korea - Samsung Life Insurance - mencoba mencari cara yang tepat untuk membantu masalah sosial yang semakin meningkat ini. Korea Selatan menduduki peringkat pertama sebagai negara yang memiliki jumlah penduduk bunuh diri tertinggi di dunia selama 8 tahun berturut-turut dari 30 negara OECD (OECD Health Data, 2012). Terhitung, 1.090 orang lompat ke sungai Han di seoul (data dari 2003-2011). Kehidupan semakin keras dan -bisa jadi - jumlah tingkat bunuh diri akan semakin meningkat pula.

Jembatan Mapo, sebagai salah satu tempat yang paling banyak digunakan oleh masyarakat sebagai tempat bunuh diri, telah merenggut 188 jiwa. Para masyarakat mencoba memberi usul bagaimana caranya agar orang yang bunuh diri semakin berkurang.

Peletakan Lampu adalah salah satu cara yang bisa digunakan sebagai penanda atau peringatan buat mereka yang hendak terjun dan bunuh diri dari jembatan Mapo. Dengan memberi sensor pada jarak tertentu, diharapkan lampu akan menyala bagi mereka yang melalui jembatan ini.

Samsung Life Insurance menyebutkan ini sebagai "The Bridge of Life". Tim peneliti berusaha mengumpulkan hal-hal yang dapat menggugah hati seseorang seperti kata-kata mutiara, kata-kata penyemangat hingga gambar. Mereka yang melalui jembatan ini dapat melihat setiap kata-kata yang terangkai dan di ujung jembatan akan didapati patung 2 orang (sahabat) dimana seseorang menjadi penyemangat bagi seorang yang lainnya.

Dengan memasang 2.200 sensor sepanjang 1.8 km, banyak orang tergugah hatinya. Dan, jembatan ini pun berubah menjadi obyek wisata. Dengan berjalan di jembatan ini, mereka akan dapat meraih harapannya kembali, mereka dapat bermimpi kembali dan saat ini jembatan ini pun menjadi tempat untuk menyelamatkan jiwa manusia.


http://www.youtube.com/watch?v=hNGz4WCo8DM

Thursday, July 25, 2013

Let the store come to the people (2) - Flying store

Apakah anda pernah membayangkan bagaimana susahnya mengatur manajemen sebuah toko? Manajemen sebuah toko (mungkin ada baiknya saya sebut sebagai supermarket) sangat susah. Apalagi jika kita sudah mempunyai banyak produk dalam toko (supermarket) kita dan tidak ada pengunjung yang datang. Tujuan setiap supermarket adalah lebih kepada mendapatkan banyak penjualan daripada menerima banyak pengunjung.

Masyarakat Korea terkenal sebagai orang-orang yang sangat sibuk (tersibuk ke 2 se-dunia). Mereka akan memanfaatkan waktu-waktu mereka melakukan aktivitas dan kesibukan mereka daripada berbelanja di supermarket. Oleh karena itu, perlu ada upaya yang inovatif dari pemilik supermarket agar penjualan bisa meningkat.

E-Mart, sebagai peritel terbesar di Korea Selatan, memiliki misi untuk menggaet konsumen yang jauh dari E-Mart tapi tetap dapat berbelanja di E-Mart. Caranya?
E-Mart membuat "flying store" dimana balon diterbangkan dan didalamnya terdapat wifi yang menyebarkan signal untuk produk-produk yang terdapat di E-Mart. Signal gratis Wifi yang disebarkan oleh balon E-Mart menimbulkan rasa penasaran dari pengunjung dan membuat mereka mendownload aplikasi yang disebarkan melalui wifi tersebut. Aplikasi tersebut berisi kupon belanja yang dapat digunakan untuk belanja online. Segera setelah mereka mendapat kupon tersebut, mereka menjalankan aplikasi toko online E-Mart dan belanja.

Alhasil?


- Nilai penjualan toko offline meningkat sebesar 9.5%
- Nilai penjualan toko online meningkat sebesar 156 %
- Jumlah orang yang mendownload E-Mart App meningkat hingga 50.000 orang lebih

Kalau konsumen tidak dapat datang ke E-Mart, E-Mart akan terbang ke konsumen.

Wednesday, July 24, 2013

Let the store come to the people

Tesco dikenal dengan supermarket serba ada yang berasal dari UK. Keunikan konsumen di Korea Selatan membuat Tesco harus berubah nama dan berada dalam payung sebuah perusahaan Korea Selatan. Tesco mengubah nama menjadi Homeplus.

Homeplus, meski sudah mendapat dukungan dari Tesco, hanya bisa mendapat predikat sebagai supermarket terbesar ke-dua di Korea Selatan. Pihak manajemen ingin agar Homeplus bisa menaikkan penjualan namun Homeplus masih kalah dengan kompetitor utama dari Korea Selatan, yaitu e-Mart. Misi mereka adalah ingin menjadi nomer satu tanpa harus menambah lokasi toko.

Pihak manajemen segera melakukan survey dan penelitian untuk bisa menaikkan penjualan. Korea Selatan dikenal sebagai negara yang penduduknya sangat sibuk terbesar ke-dua seluruh dunia. Belanja di supermarket adalah hal yang mungkin hanya bisa dilakukan 1 kali seminggu, itu pun jikalau ada waktu. Setelah mendapatkan hasil survey, maka pihak manajemen mendapatkan sebuah ide: "Let the store come to the people".

Dibuatlah virtual store (toko virtual) untuk hal ini. Percobaan pertama dilakukan di stasiun kereta bawah tanah. Meskipun ini adalah toko virtual, namun display yang ditunjukkan hampir sama dengan toko aktual. Hanya satu perbedaannya, anda menggunakan smart phone untuk berbelanja. Scan QR code dengan smart phone anda, maka application anda akan langsung memasukkan produk tersebut dalam daftar belanja. Setelah anda menyelesaikan transaksi pembelian, barang yang anda beli akan datang segera setelah anda sampai di rumah. Anda dapat rileks lebih lama setelah bekerja dan juga pada akhir pekan.

Alhasil?

1. Konsumen tidak perlu repot datang ke toko untuk berbelanja
2. Konsumen dapat mengurangi waktu tunggu di kereta bawah tanah menjadi waktu belanja
3. Jumlah pengunjung online meningkat lebih dari 10.000 orang dalam waktu singkat
4. Nilai penjualan online meningkat 130% dalam waktu singkat

Saat ini, Homeplus menjadi pemain nomer 1 di supermarket online.

Sunday, July 21, 2013

The value of marketing for business and society

Social marketing adalah sebuah terminologi yang menggambarkan sistematika aplikasi dari marketing yang berhubungan dengan konsep dan teknis untuk mencapai tujuan bagi kepentingan sosial. Social marketing dapat diaplikasikan untuk mempromosikan kelebihan sebuah produk atau membuat masyarakat menghindari sebuah produk karena kelemahannya dan sekaligus mengedukasi masyarakat untuk berkehidupan yang lebih baik. Beberapa contoh social marketing di antaranya adalah kampanye untuk mengedukasi masyarakat untuk menggunakan sabuk pengaman ketika mengendarai mobil, mematuhi aturan kecepatan maksimum atau untuk tidak merokok di tempat publik. Mayoritas social marketing dilakukan oleh lembaga non-profit seperti pemerintah atau organisasi sosial.

Dengan berinovasi, saat ini ada banyak perusahaan yang berusaha melakukan social marketing untuk meningkatkan kehidupan lebih baik dengan memberi label perusahaan mereka. Meskipun pemasaran ini dilakukan oleh sebuah perusahaan komersial, namun dampak dari pemasaran ini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, ada added value dari marketing yang dilakukan, baik untuk kepentingan bisnis maupun untuk masyarakat. It is about "the value of marketing for business and society". 

Sebuah perusahaan minyak terbesar ke-4 di Korea Selatan, S-Oil, melihat sebuah permasalahan masyarakat dalam mencari tempat parkir. Korea Selatan, sebagai negara pembeli minyak, harus menghemat konsumsi BBM baik untuk mengurangi biaya impor minyak dan juga untuk membuat lingkungan lebih bersih dari polusi. Oleh karena itu, diperlukan sebuah cara untuk menghemat penggunaan bahan bakar minyak (BBM). Caranya adalah dengan membuat balon "HERE".

Dari hitungan sederhana perihal mencari parkir, sebuah mobil dapat menempuh kurang lebih 500 meter untuk berputar-putar mencari tempat parkir kosong. Apabila setiap hari ada 1 mobil yang menempuh 500 meter di area parkir untuk mencari tempat kosong, maka dalam 1 bulan dapat diperkirakan ada pengeluaran sebesar 1 liter BBM yang terbuang hanya untuk perihal mencari tempat parkir kosong. (500 m * 30 hari = 15.000 m = 15 km. Asumsi : 1 liter digunakan untuk jarak tempuh 15 km).

Alhasil :
S-Oil HERE Balloon : http://www.youtube.com/watch?v=nw9g9OVHdJI



Dengan metode balon yang ditempatkan di setiap slot parkir, seseorang yang hendak mencari tempat parkir dapat segera menemukan tempat kosong. Balon akan mengudara pada saat area tersebut kosong. Balon akan turun pada saat sebuah mobil menempati area kosong tersebut.

Dengan metode ini, dalam 1 hari ada ada 700 mobil yang merasakan manfaatnya dan diperkirakan bisa menghemat 23 liter sehari. Bisa dibayangkan, berapa liter yang dapat dihemat dalam 1 tahun. Selain itu, para pengguna mobil juga bisa lebih cepat mencari tempat parkir tanpa harus stress berputar-putar.

Saturday, July 13, 2013

Mengubah pemandangan "statis" menjadi "dinamis"

Seringkali, orang mengatakan bahwa media promosi yang paling murah dan dianggap "efektif" adalah dengan membuat poster atau selebaran. Poster dapat ditempel di tempat yang strategis agar orang dapat melihat serta memperhatikannya sedangkan selebaran dapat dibagi-bagikan kepada setiap orang yang menjadi target pasar promosi tersebut. Namun, saat ini fokus pandangan setiap orang bukan ke arah poster yang ditempel di tempat strategis atau selebaran yang dibagikan. Semua orang sudah memiliki teknologi smartphone, sehingga ketika mereka berjalan pun, mereka tidak akan memperhatikan lingkungan sekitar dan hanya memperhatikan smartphone mereka. Apabila mereka tertarik pada poster atau selebaran yang dilihatnya, mereka akan cenderung untuk melihat saja tanpa menindak-lanjuti hasil yang mereka lihat. Terkadang, ada beberapa orang yang ingat untuk me-review apa yang telah dilihat (dari poster) dan apa yang telah diterima (dari selebaran). Tetapi, sepertinya banyak orang lupa dan tidak ambil pusing dengan ketertarikan sementara tersebut. Media promosi paling murah dan dianggap "efektif" tersebut sudah mulai terabaikan oleh smartphone. Jadi? Apa yang harus dilakukan.

Ilmuwan ataupun para peneliti perlu berpikir ekstra cerdas dan kreatif untuk memanfaatkan poster atau selebaran yang dibagikan. Salah satu cara yang diambil oleh para engineering di Korea adalah menciptakan teknologi "wifi poster". Dengan adanya wifi poster, setiap poster yang dilihat oleh orang yang lewat dapat "memancarkan" informasi ke smartphone yang digunakan. Apabila orang tersebut menghendaki untuk mengakses "pancaran" informasi tersebut, maka orang tersebut akan diajak untuk masuk dalam sebuah aplikasi yang menunjukkan review isi poster tersebut. Bukan hanya itu saja, tetapi aplikasi tersebut akan diintegrasikan dengan entitas bisnis yang lainnya. Sebagai contoh, poster film yang dipasang di Korea berkolaborasi dengan entitas bisnis seperti bioskop, toko DVD dan toko merchandise yang berhubungan dengan film tersebut.

Alhasil?

http://www.youtube.com/watch?v=YyLUCHe8Nuk

Sistem "wifi poster" yang dipasang beberapa spot populer di Seoul membuahkan hasil seperti:

- 60% tiket bioskop terjual di awal
- Website official dari film yang dipasang meningkat 28.5 %
- Film yang dipasang menjadi memiliki viewer 1 juta pengunjung di trailer yang dipasang di youtube dalam 3 hari dan 2 juta pengunjung dalam 5 hari.
- Menjadi film box office dalam 2 minggu.

Apa yang terlihat "statis" (dalam bentuk poster) telah berubah menjadi "dinamis (dalam bentuk review HDTV trailer di youtube dan terintegrasi dengan bioskop dan entitas bisnis lainnya).

Thursday, July 11, 2013

Customer Social Responsibility

Seringkali kita mendengar kata Corporate Social Responsibility. Namun, bagaimana dengan Customer Social Responsibility? Kata Corporate mengacu kepada sebuah perusahaan dan kata "social responsibility" adalah sebuah aksi dari perusahaan tersebut untuk mengambil tanggung jawab dalam peran sosial di masyarakat. Namun, apakah dibenarkan apabila customer yang diminta untuk mengambil peran sosial tersebut? Apakah sebuah perusahaan dibolehkan untuk meminta customer mengambil peran tersebut juga?

Di beberapa supermarket besar, kita akan melihat kotak kecil yang berlabel lembaga-lembaga sosial. Kotak kecil (seperti tabungan) dibuat untuk tempat uang bagi setiap konsumen yang ingin menyumbang tanpa melihat jumlah uang yang ingin dimasukkan oleh konsumen tersebut (baik koin ataupun uang kertas). Di bebeerapa supermarket justru meminta konsumen untuk memasukkan struk belanja disertai dengan identitas mereka yang mana jumlah poin belanja dari konsumen tersebut akan bisa digunakan oleh pihak-pihak yang sudah ditentukan oleh supermarket. Tentunya, ada banyak hal unik yang bisa dilakukan oleh supermarket untuk meningkatkan peran konsumen dalam melakukan peran sosial di masyarakat.

Supermarket di Korea Selatan, memiliki cara yang unik untuk meningkatkan peran sosial konsumen. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan semua entitas bisnis yang mereka miliki, seperti tempat parkir, keranjang belanja dan uang. Orang Korea Selatan harus memasukkan uang 100 won (sekitar 1000 rupiah) untuk dapat menggunakan kereta belanja. Apabila konsumen selesai belanja, konsumen diharapkan untuk mengembalikan pada tempat yang disediakan untuk dapat menarik kembali uang 100 won yang lekat pada kereta selama kereta tersebut digunakan. Pada kenyataannya, ada banyak konsumen yang masih engga mengembalikan kereta pada tempatnya karena menganggap nilai uang 100 won yang sangat kecil.

Selain itu, orang Korea Selatan yang menggunakan mobil sebagai sarana transportasi selalu berusaha mengingat nomer area tempat parkir agar mereka bisa menemukan mobil mereka setelah berbelanja. Nomer area tempat parkir tersebut diberi nama dan lantai agar konsumen mudah untuk mengingatnya. Bahkan, banyak konsumen terpaksa mem-foto dinding dekat parkir mobilnya agar konsumen tidak lupa letak mobilnya.

Meskipun kita bisa melihat hal ini adalah sebuah hal yang lazim terjadi dalam kehidupan sehari-hari konsumen, namun sebuah supermarket (bernama HomePlus) di Korea Selatan mencoba mengemas semua entitas bisnis tersebut menjadi sebuah hal yang bermakna.

ALHASIL?

LOVE PARKING CAMPAIGN_Good Neighbors http://www.youtube.com/watch?v=7cWzWxhthvQ

Konsumen lebih mudah mengingat tempat parkir karena area tempat parkir ditempel foto anak-anak yang siap dibantu. Selain itu, ada tempat koin untuk tempat sumbangan bukan di kasir, tetapi di area tempat parkir. 90% konsumen bersedia menyumbangkan 100 won mereka untuk aksi sosial ini. Dan, jumlah sponsor tetap untuk aksi sosial ini meningkat 30% dan website sosial ini mendapat kenaikan kunjungan sebesar 20%.


Wednesday, July 10, 2013

Kecerdasan Bisnis (Business Intelligence)

Business Intelligence (atau dalam tatanan Bahasa Indonesia bisa diartikan Kecerdasan Bisnis [secara umum dikenal dengan istilah BI]) diartikan secara umum sebagai suatu kumpulan teori, metode, proses, arsitektur dan teknologi yang mengubah data menjadi informasi yang bermanfaat dan berarti untuk kepentingan bisnis. BI dapat digunakan untuk mengidentifikasi informasi yang berjumlah sangat banyak untuk kepentingan pengembangan peluang-peluang bisnis baru. Dengan menemukan peluang-peluang bisnis baru dan mengimplementasikan strategi yang efektif, maka sebuah perusahan dapat mendapatkan keuntungan dari sisi daya saing dan stabilitas jangka panjang. 

Teknologi BI menyediakan data masa lalu, data masa kini dan prediksi dari sebuah operasi bisnis. Fungsi umum yang terdapat dalam teknologi BI adalah pelaporan, proses analitis online, data mining, process mining, proses event yang complex, business performance management, text mining, analisa prediksi dan preskriptif, dan lain-lain. 

Dalam sejarah analisa data, data sebagai obyek yang atomik memiliki nilai yang dapat dihubungkan dengan data yang lain. Sebagai contoh, data pembelian barang di supermarket. Apabila kita sebuah nota pembelian, data itu mungkin tampak kurang bermakna. Namun, apabila kita mengumpulkan beberapa nota pembelian, maka kita bisa membandingkan dan mencari keselarasan antara produk-produk yang tercantum dalam nota pembelian tersebut. Hal itulah yang menjadi obyek penelitian di bidang data mining. 

Kini, analisa data bisa dilihat bukan hanya dari sisi atomik, tapi bisa dilihat dari sisi proses. Process-Aware Information system adalah sebuah terminologi yang menggambarkan bahwa sistem informasi perlu memetakan sebuah proses yang terjadi. Proses yang dimaksud adalah rangkaian peristiwa yang terjadi dalam catatan data yang terekam dalam database. Proses ini bisa berarti proses pencatatan dan bisa juga bermakna proses yang sedang terjadi dalam realitas. Apabila kita kembali ke contoh data dari nota pembelian barang di supermarket, kita akan kesusahan meneliti tentang proses yang terjadi ketika seseorang melakukan pembelian. Tetapi, kita bisa mengamati proses antrean di kasir dan berapa lama seseorang antre atau menunggu proses pembayaran di kasir, termasuk jumlah barang yang dibeli. Lebih detail lagi, kita bisa menghitung berapa waktu rata-rata yang dibutuhkan seorang kasir untuk melakukan proses penghitungan barang yang dibeli oleh konsumen. 

Hal yang menarik pada saat ini adalah process mining. Process mining adalah sebuah teknologi untuk menemukan, memverifikasi dan mengembangkan sebuah bisnis proses dari data yang terekam dalam database. Data yang dibutuhkan dalam process mining adalah data aktivitas dan rekaman waktu untuk menunjukkan alur kejadian dari setiap aktivitas yang terjadi. Data lain yang diperlukan adalah unique ID (identification) yang menandakan bahwa sebuah aktivitas berjalan untuk sebuah kasus. 

E-Mart, sebuah toko grosir di Korea Selatan, mencoba memetakan rute berjalan konsumen di supermarket dengan menggunakan teknologi yang digabungkan antara smartphone dan location-aware system. Dengan mengetahui lokasi sebuah produk, maka smartphone bisa mendeteksi rute terdekat dari lokasi konsumen saat ini dan menampilkan produk diskon tersebut kepada konsumen yang bersangkutan. Fungsi smartphone yang awalnya sebagai alat komunikasi beralih menjadi marketing dan route planning untuk konsumen yang bersangkutan.  

Alhasil?


Tingkat kenyamanan konsumen dalam berbelanja menjadi meningkat, tingkat penjualan juga meningkat dan pihak retailer bisa meneliti rute yang dijalani oleh konsumen sebagai peta historis untuk menata ulang lokasi dari produk-produk yang dijual. 

Perusahaan cenderung berkeinginan untuk meneliti dan mengevaluasi proses. Namun, evaluasi proses yang terjadi seringkali dilakukan secara manual dan hanya berdasarkan pengamatan yang singkat. Process mining, sebuah metode mencari proses dari data jejak rekam historis, telah memberikan sebuah solusi untuk membantu tata letak produk di supermarket. Dalam aplikasinya, process mining juga berguna untuk optimasi proses baik yang berhubungan dengan nilai bisnis (produksi, rute, dll.) maupun virtual (data networking, etc.). Dengan meneliti data historis yang terekam dalam database, kita bisa menghimpun kumpulan data tersebut menjadi informasi yang berguna dari perspektif sebuah proses untuk efisiensi dan efektivitas bisnis kita.